Rektor Tanggapi Tuntutan Penolakan PTN-BH
MALANG-KAV.10 Penolakan terhadap PTN-BH di UB menjadi tuntutan utama dalam aksi “Brawijaya Menggugat” yang dilakukan oleh Aliansi Mahasiswa Brawijaya, hari ini (2/5). Aksi ini dilakukan di depan Gedung Rektorat dalam memperingati momentum Hari Pendidikan Nasional. Massa aksi terus melakukan orasi, hingga akhirnya Wakil Rektor III UB turun ke depan rektorat dan mengajak beberapa perwakilan mahasiswa untuk audiensi bersama.
Selesai audiensi, Rektor UB M. Bisri menyampaikan hasil audiensi di depan massa aksi. Bisri menjelaskan bahwa sebelas tuntutan yang diajukan oleh mahasiswa sudah diterima dan ditandangani. Namun, poin utama tuntutan terkait PTN-BH justru mengalami perbaikan kalimat yang semula tertulis “Menolak PTN-BH” diubah menjadi “Transparansi Persiapan (Hearing dan Pelatihan Mahasiswa) berkaitan PTN-BH”.
“Permohonan mengenai PTN-BH tadi ada perbaikan sedikit, bahwa teman-teman perwakilan tadi ingin melakukan hearing dengan pimpinan pihak UB dan sekaligus akan menjadi delegasi ke jakarta untuk menemui Pak Menteri atau Pak Dirjen,” ujar Bisri.
Perubahan poin satu dalam tuntutan tersebut menimbulkan multi tafsir di kalangan mahasiswa. Bahkan dikarenakan perbedaan pandangan ini sempat menyulut kericuhan dan aksi saling dorong diantara massa aksi.
Menanggapi perubahan tuntutan nomor satu, salah satu peserta aksi, Rafi Hidayat, mengaku bingung sebab terkesan hanya beberapa orang saja yang memahami permainan di belakang. Rafi juga mempertanyakan tujuan rencana keberangkatan ke Dikti. “Nanti kita akan di permainkan dan kembali lagi nanti kita tiba-tiba menerima begitu saja,” ujarnya. Rafi menghendaki mahasiswa jangan sampai mundur dan menerima begitu saja.
Rahmana Al-Qadri, salah satu peserta aksi menyatakan sempat kecewa terhadap hasil audiensi sebab tuntutan mahasiswa yang awalnya berupa penolakan PTN-BH, justru melahirkan solusi berupa hearing dan sosialisasi. Ia menyatakan tidak sepakat bila delegasi yang dikirimkan ke Jakarta nantinya hanya dari BEM dan EM. “Orang-orang ini harus berkapabilitas, dan tidak bisa hanya perwakilan BEM ataupun EM. Karena mahasiswa brawijaya itu banyak yang punya kapabilitas dan daya kritis,” tambah mahasiswa Filkom angkatan 2016 ini.
Menjawab hal itu, Ahmad Khoiruddin, Presiden EM UB 2017, menyatakan bahwa delegasi ke Jakarta nantinya belum tentu berasal dari BEM dan EM. Ia mengharapkan sifat dari perwakilan yang dikirim tidak atas nama lembaga saja, namun juga orang-orang yang mampu mengkaji hal ini. “Kalau kata rektorat, masak nanti yang kesana mahasiswa yang gak mengerti,” imbuhnya.
Khoiruddin menuturkan bahwa aksi yang digelar hari ini hanyalah awal. Pada momentum hari Kebangkitan Nasional nantinya direncanakan akan ada aksi lanjutan. Kelak bertepatan dengan tiga tahun masa jabatan Rektor pada sekitar bulan Juli, akan dilaksanakan kembali diskusi lanjutan. Sedangkan mengenai sebelas tuntutan yang telah ditandatangani Rektor, Aliansi Mahasiswa Brawijaya akan menagih kembali paling lambat pada 14 Agustus 2017. (nur/bun)