Hari Santri : Santri Alat Pertahanan Indonesia
MALANG-KAV.10 Santri dan santriwati UB berkeliling dalam Kirab Peringatan Hari Santri Nasional 2016 (21/10). Pakaian khas santri dengan sarung dan kopiah hitam menghiasi jalannya acara tersebut. Diiringi sahut yel-yel dan nyanyian perjuangan seperti Buruh Tani, kemudian diakhiri dengan ceramah dari ulama asal Kota Malang, Chamzawi. Hari Santri tahun ini adalah peringatan pertama setelah keluarnya Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 2015.
Dosen UIN Malik Ibrahim Malang Chamzawi dalam ceramahnya di Masjid Raden Patah UB mengatakan bahwa santri tidak harus yang ada di pesantren. “Yang penting ada masjidnya, ada sekolahnya, ada basecamp-nya dan ada interaksi terus antara santri dan gurunya,” tuturnya.
Chamzawi menuturkan saat wawancara, “Hari santri sebetulnya awalnya dari resolusi jihad, resolusi jihad dari K. H. Hasyim Asyari sebagai representasi seorang Kyai,” Hari santri menurutnya adalah sebuah momentum ketika K.H. Hasyim Asyari berusaha membangkitkan semangat para santri untuk mempertahankan Negara Indonesia, utamanya pada peristiwa 10 November 1945 di Kota Surabaya.
“Negara kita dulu yang mempertahankan negara itu banyak dari tokoh agama, Diponegoro itu bahkan saya anggap sebagai agamawan, bahkan Mursyid Tarikhoh (guru pembimbing Torikhoh-red),” ujar Chamzawi. Ia juga mengatakan santri memiliki peran penting saat ini sebagai pelindung negara dari serangan dan rongrongan pihak luar.
Sementara itu, Mohammad Taufiq Anas, peserta acara Peringatan Hari Santri mengatakan bahwa santri adalah entitas yang tidak dapat dipisahkan dari Indonesia. “Santri itu bukan hanya sarungan dan kopiah hitam lambang nasionalisme saja, pesantren itu merupakan pendidikan sebelum pendidikan formal sekarang,” ujar Anas.
Anas sempat menceritakan dulu Bung Karno pernah meminta fatwa kepada ulama berpengaruh di Jombang (K.H. Hasyim Asyari-red) untuk mengerahkan umat Islam wajib membela tanah air. ”Sejarah harus menjelaskan bahwa santri berperan besar di Indonesia ini,” tegasnya. (krd/nur/ain)