Meneropong Media Online Persma di Masa Depan
SEMARANG-KAV.10 Makin meningkatnya rilis cetak yang tenggelam mengingatkan kita akan fenomena akan kekuatan dari media daring (dalam jaringan,red). Kemampuan media atas pengelolaan cetak kian hari kian berkurang. Beberapa diantaranya bahkan harus gulung tikar dari hadapan masyarakat setelah tidak mampu menghadirkan rilis cetak di edisi selanjutnya. Hal tersebutlah yang dipaparkan oleh Fahri Salam, editor dari pindai.org yang berkesempatan mengisi Kelas Media. Kelas Media sendiri adalah satu dari empat kelas yang diadakan oleh Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) untuk menyemarakkan Dies Natalis PPMI ke XXIII di Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus). Kelas-kelas tersebut antara lain kelas media, kelas advokasi, kelas jurnalisme investigasi dan kelas mobile journalism. “Untuk 500 ribu dengan media online bisa untuk biaya setahun, tapi untuk media cetak 500 ribu hanya untuk satu kali terbit,” tukas Fahri terkait logika keuntungan media online.
Argumen Fahri sendiri didasarkan pada statistik pengguna internet di Indonesia. “Pengunaan internet di Indonesia hampir sekitar 86 % dari jumlah penduduk Indonesia dan kira kira 38 % dari tahun ke tahunnya. Selain itu akses berita melalui komputer juga sebesar 46 % dan akses internet melalui tablet sebesar 13%,”ujarnya.
Dalam perjalanan media di Indonesia, rilis cetak telah mengalami degradasi produktivitas yang sangat terlihat jelas . Fahri menjelaskan beberapa indikator-indikator yang mendukung degradasi tersebut. ”Pertama adalah banyaknya media cetak gulung tikar, kompetisi, pengembangan konten digital kian dinamis, redaksional, dan berani untuk inovasi,” tutur Fahri.
Bagi Fahri, melihat masa depan media online yang dapat menghemat anggaran lebih banyak dibanding media cetak, mulai memunculkan anggapan bagi sebagian besar orang untuk memulai mencari keuntungan melalui media online. “Bikin media online jangan berpikir bisnis. Darimana kita dapet duit? Enggak,” tegas Fahri. Menurut Fahri era internet sedang merubah paradigma media dalam melihat keuntungan. Adanya internet telah memberi kemudahan akses bagi tiap orang untuk mengelola, memuat, dan menyebarkan informasi. Disaat yang bersamaan orang mengikuti perkembangan zaman dan membuat pengguna media online terus mengingkat. Persma dapat memanfatkan ruang ini untuk menunjukkan hasil kerja jurnalistiknya.
Lebih jauh, Fahri menjelaskan Media Daring mempunyai dasar khusus dalam perkembangannya. ”Pertama adalah segmentasi, segmentasi adalah sasaran terhadap siapakah pembacanya, positioning yaitu siapa anda dan berada dimana? Dan yang paling penting dari dasar media daring adalah manajemen dalam penguatan peran redaksi,” ujar alumni persma UII Jogja tersebut.
Fahri menjelaskan bahwa delapan panduan dalam pengembangan media online seperti apa yang dijelaskan dalam bukunya yang berjudul Blur. Pertama adalah otentikator. Otentikator dapat diartikan sebagai penentuan atas mana fakta yang benar dan bisa dipercaya. Kedua adalah “penuntun akal“ terhadap kemampuan atas penyaringan informasi yang masuk akal. Ketiga media haru bersifat investigator, dimana media mampu mengawal kekuasaan yang ada dalam pemerintahan. Selain itu, fungsi media juga mengarah pada bentuk pemberdayaan, penyediaan fitur, panutan dan agregator cerdas.(ain/miy)