Mendefinisikan Walter Mitty Dengan Cara Lain
Sebagian dari kita mungkin pernah mendengar nama “Walter Mitty”, mungkin juga belum pernah. Jika belum, biarkan saya sedikit mededahkan kisahnya pada catatan ini.
Walter Mitty adalah tokoh utama dalam sebuah cerita pendek. Dia menjadi populer di Amerika, ketika pertamakali James Thurber menuliskan kisahnya dalam “The Secret Life of Walter Mitty” pada tahun 1939 yang diterbitkan Majalah The New Yorker.
Dalam cerita tersebut Mitty digambarkan sebagai karakter yang mencoba keluar dari realitasnya dengan cara masuk ke dalam ruang imaji miliknya. Dalam lamunan imaji tersebut dia berusaha menjadi sosok heroik dan mengesankan. Berbeda dengan realitasnya, yang merupakan suami yang sering dimaki-maki istri alias suami takut istri.
The Guardian menyebut bahwa sosok Walter Mitty dalam cerpen ini telah menempatkan dirinyanya sebanding dengan tokoh Scrooge milik Charles Dickens dan Big Brother nya George Orwell. Kata ‘Walter Mitty’ juga menjadi sebuah leksikal baru dalam beberapa kamus di Amerika dan Inggris.
The American Heritage Dictionary mendefinisikan idiom Walter Mitty sebagai “An ordinary, often ineffectual person who indulges in fantastic daydreams of personal triumphs,” yang jika dialihbahasakan ke bahasa Indonesia kurang lebih berarti: seorang biasa, bahkan sering tidak berguna, yang menghendaki dirinya mendapatkan kemenangan pribadi dalam fantasinya.
Sementara itu, Oxford Dictionary mendefinisikan sebagai: “A person who fantasizes about a life much more exciting and glamorous that their own.” Intinya, Walter Mitty adalah representasi dari seseorang yang berkhayal tentang hidup yang lebih menyenangkan daripada hidup yang dimilikinya sekarang.
Lalu, apa yang bisa dibanggakan dari seorang Walter Mitty?
Tunggu dulu. Setelah mendapatkan popularitas puncak, cerpen tersebut akhirnya diadaptasi menjadi film dengan judul yang sama selama dua kali. Pertama, film tersebut muncul tahun 1947 dengan jalan cerita yang sudah terobrak-abrik. Thurber pun menolak film tersebut. Selanjutnya pada tahun 2013, Ben Stiller menjadi sutradara sekaligus pemeran Walter Mitty dalam film ini. Tentu saja, cerita masih terobrak-abrik dari cerpen aslinya. Namun Thurber tidak menyatakan sikap apapun, karena dia telah meninggal pada 1961. Dan inilah yang menarik.
Walter Mitty disini dikisahkan sebagai seorang pria berumur 42 tahun yang belum juga menikah. Dia bekerja di kantor Majalah Life sebagai manajer aset negatif, yaitu seseorang yang memproses film negatif dari fotografer untuk selanjutnya diterbitkan untuk majalah fotografi ternama itu. Namun tetap dengan sifat Mittyesque-nya, dia selalu berkhayal tentang adegan-adegan menarik yang ingin dia lakukan. Namun hal itu hanya ada di awal cerita, selanjutnya kejutan tersebut akan kalian lihat sendiri ketika menontonnya.
Tidak ada yang tahu apa yang dilakukan Mitty dalam usahanya menemukan film negatif nomor 25 yang direncanakan sebagai kover majalah terakhir –Karena majalah Life akan segera ditutup dan digantikan dengan versi online– Petualangan petualangan tersebut mulai muncul sejak 2/3 film hingga film tersebut selesai. Hanya penonton lah yang tahu hal gila yang dilakukan Mitty saat itu.
Dalam film ini, Ben Stiller memerankan sosok Walter Mitty dengan mengesankan. Tanpa perlu membayangkan dirinya adalah tokoh superhero manapun, saya sudah jauh terkesan ketika menemukan fakta bahwa Walter Mitty adalah seorang Punk ketika remaja dengan rambut mohawk dan menjuarai kejuaraan skateboard. Terlebih saat adegan ketika Mitty mengajari anak dari perempuan idamannya melakukan Kickflip.
Jika pada cerpennya Mitty memiliki kehidupan rahasia dibalik imaji-imajinya, dalam film ini rahasia itu terlihat lebih menarik.
Walter Mitty dalam film ini bukanlah Walter Mitty yang dideskripsikan dalam kamus-kamus manapun. Mitty adalah Mitty, yang berusaha menjalani tujuan hidup seperti apa yang diinginkan, bukan hanya mengimajinasikannya saja.
Film ini membuktikan bahwa menjadi Walter Mitty tak melulu tentang orang yang tidak berarti, pemalu, yang tidak bisa apa-apa selain melamun dan berfantasi. Film ini mencoba mengartikan Walter Mitty dengan definisi lain, yang berbeda dari apa yang sudah mengendap dalam benak-benak masyarakat Amerika kala itu.
Satu lagi kelebihan film ini adalah, soundtrack nya sangat bagus!
Semoga kalian tertarik, selamat menonton!
Penulis: Rahmawati Nur Azizah