Menakar Idealisme Lewat Pers Mahasiswa
“Belajar menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dengan penghayatan paling total yang paling mungkin dilakukan manusia – Seno Gumira Ajidarma “
Aktivitas tulis menulis di Indonesia dapat diliat apabila kita memahami sejarah awal yang di gerakan tokoh nasional bernama Raden Mas Tirtosuryo. Pergerakan tersebut menjadi awal aktivitas tulis menulis yang tidak hanya sekedar mengabadikan karyanya, tetapi juga memberikan pengaruh bagi lingkungan disekitarnya. Lebih jauh dari kekuatan kekuatan media massa yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Aktivitas Jurnalistik makin masif pada zaman pasca kemerdekaan. Dimana Koran-koran seperti harian rakyat, bintang merah,kompas, tempo dan lain lain memenuhi dunia jurnalistik Indonesia. Semua keadaan tersebut menciptakan fenomena bahwa Jurnalistik dan koorperasi nya saat itu membentuk suatu manusia menjadi manusia yang berpikir kritis dan merdeka, pada saat itu.
Untuk membentuk sebuah karakter manusia yang dapat berpikir kritis memandang segala persoalan, budaya literasi atau lebih dikenal dengan budaya menulis adalah salah satu jawaban. Banyak dari mahasiswa yang berani untuk berbicara lantang terhadap segala sesuatu yang menindas. Tetapi dengan hanya mengadalkan suara maupun celotehan menggunakan “mini toa”. Tentu hal tersebut akan seperti asap yang membumbung tinggi dan hilang entah kemana.
Pers Mahasiswa adalah sebuah organisasi jurnalistik dalam lingkup kampus yang mengandalkan mahasiswa itu sendiri menjadi otak dari idealisme organisasi tersebut. Dengan pengertian tersebut tentu dengan masuk persma, kita akan menakar diri tentang bagaimana untuk menjadi seseorang yang berpikir kritis.
Bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk organisasi dan lingkungan sekitar. Menjadi seorang pers mahasiswa adalah sebuah langkah untuk menumbuhkan idealisme mahasiswa sebagai intelektual muda. Kita mengetahui fase dimana saat orang-orang membanggakan gagasan Soe Hok Gie tentang pesta, buku, dan cinta. Hal tersebutlah yang menjadi paradoks dimana sikap sikap hedon dan konsumtif menjadi hal yang dianggap biasa bagi mahasiswa saat ini. Saya meyakini bahwa mereka salah mengartikannya.
Menulis adalah membebaskan diri kalian dari deideologisasi para fans “ sek penak jamanku to” atau manusia manusia berciri fasis lainnya. Menulis ada sebuah refleksi kritis terhadap pemahaman kita melihat dunia dengan segala problematika dan permasalahannya. Jangan takut untuk menyatakan kebenaran lewat menulis.
Menjadi seorang jurnalis kampus adalah pilihan tepat bagi siapapun yang menganggap idealism, literasi, tidak berpikir pragmatis dan individualis adalah pilihan mereka. Mereka yang rela untuk tidak populis demi menyatakan sebuah kebenaran yang ada. Mereka yang siap memberitakan apapun secara independen dan objektif. Kita bukanlah sebuah organisasi event organizer, bukan juga legislatif abal-abal, bukan juga sebuah organisasi dengan kultur senioritas yang mengakar. Kita adalah Pers Mahasiswa.
Selamat menjadi mahasiswa, saya tunggu Anda menjadi seorang pers mahasiswa!
Iqbal Yunazwardi, Pemimpin Umum UAPKM UB