Rasa Sejati Mahasiswa “Eksistensi Bebas dan Tanggung Jawab”
M.Iqbal.Yunazwardi*
Ada yang berbicara bahwa sebuah embel mahasiswa adala sebuah gengsi, kenaikan strata sosial , atau pelajar yang berani membuat gagasan dan perubahan. Gagasan dan Perubahan? Iya yang sering kalian lihat di tv dengan judul berita “Mahasiswa cegat truk penyalur bbm akibat kenaikan BBM”, atau judul seperti ini “ Demo Anarkis Mahasiswa tolak UKT”. Intinya membawa hal-hal yang bersifat kesatria seperti itu, Membela Kebenaran.
“sekeren apakah, embel-embel mahasiswa, yang kalian pegang, sekarang, cuman sekedar keren?” Oke mungkin teman-teman tau apa yang terjadi dengan kejatuhan dua presiden awal kita, Soekarno dan Soeharto juga dikarenakan oleh gagasan perubahan yang dilontarkan dan diperjuangkan oleh para mahasiswa-mahasiswa yang peka terhadap keadaan “salah”yang terjadi di Indonesia pada saat itu. Tapi diantara”kekerenan”, itu ada suatu kata dari hal-hal tersebut yang menarik untuk dibahas,yaitu bebas
Saya mencoba merangkai kata, meretas pemikiran eksistensi bebas yang dijalani seorang mahasiswa. Soerang filsuf berkebangsaan prancis, Jean Paul Sartre mengatakan bahwa Manusia dikutuk untuk bebas, karena begitu terlempar ke dalam dunia, dia bertanggung jawab atas segala apa yang dia lakukan.” Kebebasan sendiri adalah kata yang sangat melekat dalam kehidupan seorang mahasiswa. Bebas bolos, bebas TA (Titip Absen), bebas tanggung jawab tugas,ataupun bebas skripsi (amin) . Oke bukan ini kebebasan yang saya maksud, tetapi kebebasan yang memberikan arti terhadap tanggung jawab seorang mahasiswa dan kemampuan seorang mahasiswa memaknai sesuatu.
Kebebasan yang saya maksud adalah kebebasan mahasiswa untuk dapat memberikan batas-batasan terhadap apa yang Ia lakukan dan memberikan sedikit arti bagi orang-orang disekitarnya. Saya mengerti seorang mahasiswa adalah seorang individu yang telah memasuk usia dewasa. Dimana dalam dewasanya, Ia dapat menentukan baik dan benarnya suatu perihal, dan keyakinan itu pun bertambah besar saat kita melihat adanya suatu konsekuensi terhadap sesuatu yang mereka lakukan.
Contohnya? Saya yakin saat teman-teman mahasiswa baru yang telah masuk dalam lingkungan kampus akan mengerti segala sesuatu tentang seluk beluk birokrasi kampus dan keadaan sosial politik kampus. Teman-teman tentu tidak akan tinggal diam dengan segala sesuatu yang membebani hidup kalian sebagai seorang mahasiswa. Seperti penolakan keringanan dan penundaan SPP, UKT (Uang Kuliah Tunggal yang mahal, dan ketidakadilan kehidupan mahasiswa yang lainnya. Intinya adalah kebebasan yang harusnya dirasakan oleh mahasiswa akan berakhir penolakan segala bentuk diskriminasi, penindasan dan perjuangan terhadap keadilan bagi kita sendiri maupun orang-orang disekeliling kita
Tapi pada nyatanya, kesalahan berpikir mahasiswa terhadap kata bebas telah merujuk pada sikap individualitis. Individualisme adalah ciri khas yang lumrah dalam setiap ranah interaksi sosial mahasiswa yang terjadi sebagai bentuk penolakan mahasiswa terhadap sesuatu yang dianggap merugikan dirinya sendiri, seperti hanya berjuang untuk meraih IP tinggi, keberhasilan diri sendiri tanpa beranjak dari zona nyaman untuk memberikan arti bagi orang-orang sekelilingnya.
Ada suatu kutipan arif berkata, “Ilmu yang semakin dalam kalian pelajari akan berdampak pada tanggung jawab kalian atas berbagai permasalahan dalam lingkup paling kecil yaitu lingkungan sekitar merujuk kepada bangsa dan negara. “ Mungkin teman-teman bisa menerapkan kemampuan berpikir kritis nya sebagai tujuan kebebasan dan kemerdekaan mahasiswa dalam berpikir dan bertindak.
Mengalir sebuah ilmu menghasilkan tujuan mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan, mampu membiasakan diri untuk bersikap logis-rasional Opini & argumentasi. Hal ini mempunyai keterkaitan dengan kemampuan berpikir secara cermat dan tidak kenal lelah, serta mampu membiasakan diri untuk bersikap kritis.
Ditambahkan oleh kemampuan seorang mahasiswa memahami suatu etika Dengan etika mahasiswa dapat berperilaku sopan dan santun terhadap siapa pun dan apapun itu. Sebagai seorang mahasiswa yang beretika, mahasiswa harus memahami kebebasan dan tanggung jawab
Dan pada akhirnya, Mahasiwa dituntut untuk tidak hanya pandai dalam teori saja tapi harus bisa mempraktekannya langsung dalam masyarakat melalui pendekatan Kesamaan nasib, hasrat tergerak memandang sesuatu lebih jauh dan keberpekaan terhadap diri,orang sekitar dan lingukangan ketergantungannya.
*Mahasiswa Hubungan Internasional, Awak Kavling 10